Minggu, 13 Januari 2013

Zainab



ini adalah nama putri pertama Rasulullah SAW. kita memang jarang mendengarnya karena buku-buku pelajaran agama memang tak banyak membahas wanita ini. entah bagaimana dengan teman-teman, semua buku agama di sekolah saya dari SD hingga SMA hanya menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memiliki empat orang putri yang salah satunya bernama Zainab. putri beliau yang diceritakan selanjutnya hanyalah Fathimah, dan saya tidak tahu-menahu mengenai kisah Zainab, Ruqayyah, maupun Ummu Kultsum.
-
saya sore ini menemukan sebuah buku di perpustakaan pribadi almarhum kakek saya yang berjudul "bilik-bilik cinta Muhammad". buku ini punya daya tarik sendiri yang membuat saya ingin membacanya, setidaknya satu bab saja. setelah melihat daftar isi, saya berminat untuk membaca mengenai putri-putri nabi. seperti yang sudah saya katakan, saya tidak pernah mendengar cerita mengenai putri Rasulullah SAW selain Fathimah RA dan saat itu saya berharap bisa menemukan penawar rasa ingin tahu saya.
-
Tidak disangka, ternyata Zainab memiliki kisah hidup yang mengharukan. kisah cintanya berupa elegi yang rumit karena berada di antara pilihan antara segenggam keyakinan dan sepotong hati. mungkin ini salah satu alasan mengapa kisah Zainab jarang diceritakan : dibutuhkan pikiran yang dewasa untuk bisa memahami rumitnya pilihan hidup.
-
sebelum Rasulullah SAW mendapat wahyu, Zainab dinikahkan dengan Abul 'Ash Ibn Rabi'. Abul 'Ash memiliki status sosial dan nasab terhormat, beliau juga merupakan menantu kesayangan Rasulullah SAW.
ketika Rasulullah SAW mendapat wahyu, Zainab menyatakan diri beriman namun Abul 'Ash masih menjalankan kesyirikan. Tapi menantu kesayangan beliau ini tidak menunjukkan permusuhan seperti kafir yang lainnya. lagipula, walau Abul 'Ash tidak menerima Islam, cintanya kepada Zainab sama sekali tidak berubah. Begitu pula dengan Zainab, ia tetap mencintai Abul 'Ash dan terus berdoa kepada Allah agar hati suaminya dilapangkan untuk Islam.
ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Zainab tak bisa menyusul ayahnya. Ia bertahan di Mekkah untuk menjaga dan berbakti pada Abul 'Ash. suaminya ini pun menjaga dan merawatnya sepenuh jiwa.
pada perang Badar, akhirnya Abul 'Ash membulatkan tekad untuk membasmi islam. ditinggalkannya Zainab di Mekkah dengan pikiran kalut dan hati terbagi. di satu sisi, ia mencemaskan ayahnya dan orang-orang di belakang beliau, di sisi lain, ia takut suaminya mengalami hal yang tidak diinginkan. Rasanya, tak ada orang lain sesulit dia dalam menentukan sikap. Tak ada hati segalau hatinya dalam setiap detik yang lewat.
Perang pun usai, takdir terjawab. Umat islam menang sedangkan Abul 'Ash selamat sebagai tawanan perang. legalah hati Zainab sekarang.
satu per satu orang-orang musyrik mengirim utusan untuk menebus keluarganya yang menjadi tawanan perang di Madinah.Namun sayang, Zainab tidak memiliki apapun selain seuntai kalung pribadi untuk menebus suaminya. kalung tersebut adalah kalung hadiah dari ibundanya, Khadijah RA, di hari pernikahannya dengan Abul 'Ash. Zainab sadar kalung itu langka dan tak ternilai harganya, tetapi kecintaan kepada sang suami telah memudarkan kenangan indah di balik kalung itu.
kini, kalung itu terlihat lagi oleh Rasulullah SAW dan beliau segera mengenalinya. hatinya berdebar, air mata perlahan menitik di pipi beliau. kalung itu memijarkan pelangi kenangan, membawa beliau menyusuri hari-hari penuh cinta yang indah bersama Khadijah.
Rasulullah SAW tak ingin mencabut kenangan indah kalung tersebut dari hati Zainab, namun beliau juga tak ingin mencabut hak prajurit atas harta ghanimah. kemudian Rasulullah bertutur dengan halus dan mengungkapkan isi hati pada kaumnya : "Jika kalian tidak keberatan, kalian serahkan pada Zainab kalungnya serta tawanannya"
sebenarnya, ketika Abul 'Ash kembali pada Zainab dengan membawa kalung Khadijah RA, ia mendapatkan anugerah yang lebih besar nilainya daripada kalung tersebut. karena itu, semakin tinggi pula derajat Zainab di hati sang suami.
tidak lama kemudian, turun wahyu yang mengharamkan muslim menikah dengan musyrik. maka cerailah Zainab dengan Abul 'Ash. ketika perceraian itu dilakukan, Abul 'Ash berjanji mengantarkan Zainab pada Rasulullah SAW.
dalam perjalanan menuju Madinah, Zainab dikejutkan oleh datangnya penjahat yang tiba-tiba. ia terjatuh dari untanya hingga janin yang dikandungnya gugur seketika itu juga. hampir saja jiwanya tak tertolong jika Allah tidak mengirim seorang penyelamat pada waktu yang tepat. ia baru bisa sampai di Madinah setelah menguras tenaga melewati sekian aral. Zainab pun telah merasakan sendiri betapa pedih dan menyiksanya perjalanan yang baru saja ia tempuh.
jauh di kota Mekkah, Abul 'Ash tak kuasa melupakan Zainab. wajahnya selalu terbayang, kerinduan padanya tak tertahankan. ia berharap segera menemukan jalan keluar dari keadan pelik dan menyiksa ini.
hari itu, seperti biasa, Abul 'Ash menyibukkan diri dengan berniaga, kali ini ke negeri Syam. sepulang dari perdagangan, malang, ia kepergok prajurit muslim dan barang-barangnya dirampas. sendirian ia di tengah gurun sahara, ia pun kemudian pergi menuju Zainab.
setelah Rasulullah tahu mengenai hal tersebut, beliau merasa iba. bukan semata karena Zainab adalah putrinya, namun karena batinnya yang terus dirajam siksa dan tak henti menuai duka. Rasulullah SAW berharap agar Abul 'Ash segera mendapat hidayah dari Allah SWT, bahkan beliau bermunajat khusus untuk Abul 'Ash. tak lama lalu cerita tentang rumah tangga Zainab pun menyebar di kalangan muslim Madinah. mereka mengembalikan segala harta benda Abul 'Ash karena mereka menghormati Rasulullah SAW dan putrinya. mereka juga membiarkan Abul 'Ash untuk pulang kembali ke Mekkah dalam keadaan aman.
peristiwa ini menyadarkan Abul 'Ash bahwa kaum muslim tidak memusuhinya. terkenang dalam hati Abul 'Ash mengenai keagungan hati Zainab dan Rasulullah SAW. maka begitu masuk Baitullah yang suci dan menatap Ka'bah, jauh dari lubuk hatinya memancarlah cahaya iman. kini ia merasa menjadi bayi yang baru saja dilahirkan ke bumi. di depan kaum quraisy, Abul 'Ash pun menyatakan keislamannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat secara lantang.
kemudian Abul 'Ash berangkat ke Madinah. kedatangannya disambut gembira oleh Rasulullah SAW. Zainab lalu diserahkannya kembali. legalah hatinya, terbukalah jiwanya karena kekasih pujaan kembali sudah ke pangkuannya. Kini hidup mereka dimulai kembali dalam kesejatian cinta.
Namun kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama. mendadak Zainab dipanggil di tahun ke delapan hijriyah. betapa menyesal sang suami, dan betapa pedih hatinya dililit kenangan tak berujung bersama sang istri. tak pernah lagi ia reguk kehidupan suami istri setelah itu seperti kehidupan bersama Zainab dan Rasulullah SAW.
di tengah suasana sedih dan kalut, Rasulullah SAW bermunajat untuk putrinya. beliau turun ke liang lahat, lalu naik kembali dengan wajah berseri. ia bersabda : "ingat kepada Zainab dan kelemahannya, aku lalu berdoa pada Allah agar ia diringankan dari kesempitan dan kesedihan kubur. Allah mengabulkan dan ia diringankan". sementara hidup Abul 'Ash pun tak lama setelah itu seegra menyusul belahan jiwanya ke haribaan Allah SWT.
-
subhanallah.. betapa cerita ini menggetarkan hati saya. dan ini menambah kemuliaan Rasulullah SAW sekeluarga. karena dengan keluarga yang tidak sepi dari konflik dan masalah, seperti keluarga umumnya, keluarga ini tetap memberikan contoh kedamaian bagi kita semua. Allahummashsholli'alaa muhammad wa 'alaa aali muhammad.

Jumat, 21 Desember 2012

status FB drg. Bremmy (staf pengajar mikrobiologi FKG Unpad)

Ada 4 tingkat ilmu kedokteran.

1. Classically medicine.
ilmu kedokteran klasik, cirinya yaitu adanya pembagian bidang keilmuan/spesialisasi.
ada dokter mata, tht, obgyn dll.
pemakaian satu macam obat utk semua pasien. pasiennya tinggi, besar atau pendek, kecil, pasiennya org afrika atau orang cina, obatnya sama dan dosisnya tetap sama. misalnya panadol 500mg.
setiap manusia membutuhkan protein dan lemak yang sama.

2. Genetic medicine, melihat manusia secara keseluruhan. cirinya targeting theraphy dan nutrisi yaitu pharmacogenomic dan nutrigenomic. pharmacogenomic menciptakan obat secara tailor made bukan fabricated made. obat dibuat khusus per individu. Stem cell termasuk dalam kelompok ini.
Nutrigenomic, kebutuhan protein tiap individu berbeda dalam hal asam amino nya. penderita autis tdk bisa diberi asam amino dari gluten. penderita diabetes kekurangan asam amino glisin dan lisin.
penderita obesitas memerlukan asam lemak yang berbeda dengan orang normal.

3. Mitochondrial medicine, ilmu yang mempelajari fungsi mitochondria pada sel. dari ilmu ini kita dapat mengetahui bahwa nabi Adam AS ternyata orang afrika.
Diabetes mellitus termasuk dalam penyakit gangguan mitochondria, sehingga dengan terapi yang saat ini diberikan tidak akan mengalami kesembuhan total hanya menurunkan angka gula dalam darah.

4. Revolutionary medicine, ilmu yang mempelajari mengenai aliran energi yang dihasilkan oleh mitochondria.

Dimana sekarang kita berada?

Selasa, 08 Mei 2012

istri rasul

banyak sekali yang mengagumi istri rasul yang bernama ‘aisyah. tapi saya jauh lebih mengagumi khadijah.
saya ga ngerti, mengapa kecantikan dan kecerdasan harus lebih dihargai daripada kerendahan hati dan kedermawanan? saya yakin khadijah juga cantik, hanya saja usianya memang jauh lebih tua. jika seorang wanita memiliki hati yang penyantun dan rela berkorban, beliau sudah pasti cantik di mata saya (ga tau yah kalo di mata orang lain..). tapi toh rasul pun mempertahankan kesetiaannya untuk tidak berpoligami hanya ketika beliau menikah dengan khadijah. sepeninggal beliau, semua pernikahannya merupakan cinta bersyarat.
cinta bersyarat ini dalam artian beliau menikahi Saudah karena beliau janda tua yang memiliki banyak anak yatim sehingga mengkhawatirkan kalau terlantar sementara tidak ada yang mau mempertistri beliau.bahkan ketika Saudah mengatakan bahwa beliau sudah tidak bisa dan tidak mau memiliki hubungan suami-istri, Rasul berkata bahwa itu tidak masalah dan ia tidak menginginkan Saudah melayaninya melainkan untuk menemani anak-anaknya. sehingga pada akhirnya ketika Rasul merasa bersalah karena tidak memberikan hubungan yang baik pada Saudah dan ingin menceraikannya, Saudah pun berkata “aku rela malam-malamku untuk ‘aisyah karena aku sudah tidak membutuhkannya”
Zainab binti Khuzaimah dan Ummu Salamah Hindun pun dinikahi dengan alasan yang sama. bahkan Zainab binti Khuzaimah meninggal setelah 2 atau 3 bulan masa pernikahannya karena usianya memang sudah tua.
sembilan istrinya yang lain pun dinikahi atas dasar penghormatan dan strategi dakwah (termasuk ‘aisyah). ‘aisyah adalah tawaran dari abu bakr, dan jika tidak menikah dengan rasul, dikhawatirkan ‘aisyah akan menikah dengan seorang pria kafir yang telah lebih dulu meminangnya. pada saat itu ‘aisyah masih berusia 9 tahun namun sudah mengerti tentang tanggungjawab pernikahan. Hafshoh adalah istri yang dinikahi dalam usia ranum, 18 tahun, oleh rasul. namun Hafshoh dinikahi olehnya karena suaminya telah meninggal dalam perang membela islam dan kemudian Hafshoh selalu bersedih padahal usianya masih 18 tahun. melihat ini, ayahnya, Umar, berinisiatif menawarkan putrinya pada Utsman namun ditolak dengan alasan bahwa Utsman masih berduka atas kematian istrinya, Ruqoyyah. kemudian Umar menawarkan juga pada Abu Bakr namun ia juga menolak. Utsman pun sedih karena tidak ada yang mau menikahi putrinya, lalu rasul pun berinisiatif mengambil Hafshoh menjadi istrinya. ‘aisyah dan hafshoh ini yang paling besar rasa cemburunya dan terkadang menjadi masalah bagi rasul sehingga dalam kitab Tirmidzi juz 5 pernah disebut mengganggu ketaatan rasul.
selanjutnya, Shofiyyah (sophia) dinikahi untuk mengakrabkan hubungan umat islam dan umat yahudi. selaku keturunan yahudi, tidak heran jika Shofiyyah dikatakan sebagai istri rasul yang paling cantik. kecantikannya ini mengundang rasa cemburu hafshoh hingga beliau pernah menghina shofiyyah dengan sebutan “anak yahudi”. diceritakan bahwa shofiyyah memiliki kulit yang paling putih cerah dan hidung yang mancung. namun tidak ada catatan (yang saya tahu) yang menyebutkan bahwa Shofiyyah merupakan istri yang paling sering dikunjungi  ataupun yang paling dipuja oleh rasulullah saw.
Juwairiyah dinikahi dengan alasan yang kurang lebih sama, untuk mengakrabkan hubungan dengan Bani Al-Mustalaq. Ummu Habibah dinikahi untuk mengakrabkan umat islam dengan kerajaan ethiophia (kalau saya tidak salah tafsir). Maimunah dinikahi agar warga mekkah banyak yang masuk islam. Mariyah (Maria) dinikahi untuk hubungan baik dengan Raja Mesir. Zainab binti Jahsyi dinikahi karena perintah Alloh dalam surat 33 : 37 untuk memusnahkan kebiasaan jahiliyah menjadikan anak angkat sebagai anak kandung. it’s all normative and political reasons..
kalau para muslim saat ini memang meneladani rasulullah dalam mencintai wanita untuk dijadikan istri, menurut saya, harusnya pria muslim mencintai wanita dengan sosok khadijah yang dermawan, rendah hati, mandiri, memiliki iman yang kuat, rela berkorban, dan setia.
khadijah sudah tidak perawan lagi seperti ‘aisyah, tidak secantik shofiyyah, bukan remaja usia ranum seperti hafshoh, bukan pula putri mesir seperti mariyah, tapi justru khadijah yang dicintai rasulullah saw tanpa syarat. khadijah pun tetap dicintai oleh rasulullah saw walaupun beliau sudah memiliki banyak istri lainnya dan rasulullah saw tidak pernah menikahi wanita lain selama khadijah RA masih hidup.
pertanyaan saya, beranikah para pria muslim sekarang untuk mencintai seorang wanita dari iman dan hatinya, bukan sekedar fisik dan materinya?

Minggu, 04 Maret 2012

Untuk Saudaraku

Saudaraku,
Jika kau merasakan sesuatu pada seorang muslimah, itu adalah anugerah
Namun jika kamu benar-benar tulus padanya,
Tentu kau akan biarkan dia memilih yang terbaik untuk hidupnya

Doa-doamu memang menjadikan cintamu berada hanya di bawah kekuasaan Sang Rabb
Namun janganlah engkau mengikatnya dalam doa-doamu jika kau masih belum yakin
Sungguh, mintalah padaNya agar Dia menghadirkan yang terbaik dalam hidupmu
Bukannya hanya sekedar meminta muslimah taat itu menjadi bagian hidupmu

Jangan pula engkau mengikatnya dalam doa-doamu
Jika kau hanya ingin bermain hati
Sedangkan yang kau pinta adalah tumbuhnya suatu perasaan mendalam di hati mulianya
Sesungguhnya Dia bukan dzat yang menolak permintaan hambaNya

Saudaraku,
Sadarkah kau bahwa dengan lantunan permohonanmu,
Dengan menyebut-nyebut tentang keseluruhan dirinya dalam kata-katamu,
Itu membunuhnya perlahan?

Kau halangi bidadari surga itu dari jalan hidup terbaiknya
Kau buat ia merasa berdosa karena terus memikirkanmu
Sementara kau sendiri tiada maksud selain menginginkannya
Padahal ia sudah hampir yakin kaulah yang terbaik baginya
Hanya karena kau meminta padaNya dan Dia berikan keinginanmu
Dan itu bukan cinta, Saudaraku.

Muslim seperti dirimu bukanlah yang pantas menerima kesetiaan dan pengabdian
dari bidadari surga seperti dirinya.
Jika kau bersikeras membunuhnya perlahan seperti ini,
Biarlah aku yang akan memohon padaNya
Agar Dia yang membunuhmu perlahan...

Minggu, 19 Februari 2012

My One and Only

Malam itu, seorang kerabat menyuruhku mencium keningnya namun aku menolak. bukan, bukan karena aku tidak mencintainya, melainkan karena aku tidak mau menerima kenyataan bahwa itu adalah terakhir kali aku bisa mendengar nafasnya. walau naluriku pun jelas membisikkan bahwa itu adalah kesempatan terakhir mendampinginya, aku masih menyangkal dan berkata pada diriku sendiri bahwa masih akan ada banyak malam lagi yang bisa kulewati dengannya. malam itu aku hanya menggenggam erat tangannya dan membisikkan motivasi agar bertahan. sisanya kulakukan seperti malam-malam sebelumnya, selalu berada di sisinya sembari berdoa ada keajaiban lagi dariNya untuk sebuah kesempatan bagi dirinya. yang juga akan berarti, kesempatan lagi bagiku untuk terus bersamanya.

Subuh itu, selepas aku menghadap Alloh di sisi ranjangnya, ia menolak kudampingi di hari itu. ia memintaku tetap berangkat ke kampus untuk mengikuti ujian. bahkan dalam keadaan setengah sadar dan nafas yang ditopang mesin punia memastikan aku mendapatkan pilihan hidup terbaik.

Sang kerabat sekali lagi memintaku untuk mengecup dan memeluknya. Tapi aku terlalu takut untuk menerima kenyataan bahwa itu terakhir kali aku bisa menyentuh dan merasakan kehadirannya. Jadi, aku hanya berpamitan dengan sugesti bahwa aku masih bisa memberikan pelukan dan doa terhangatku lagi padanya di malam-malam berikutnya.

Namun Alloh maha berkehendak. Dia memanggilnya justru di detik pertama aku mengerjakan soal ujian mata kuliah anatomi I itu, 7 November 2007, pukul 07.00. Aku bisa merasakannya pergi, merasakan seluruh beban rasa sakitnya, yang ia tahan bertahun-tahun, terangkat lepas dari jasadnya. Namun aku masih menyangkal naluriku itu karena aku tidak mau menerima kenyataan bahwa ia harus pergi. Setelah ujian selesai, kerabat kami ada yang menjemputku pulang dan kemudian aku hanya bisa menemui jasadnya yang sedang dimandikan orang-orang yang juga mencintainya. Aku hanya bisa terdiam, membisu, karena aku masih tidak mau menerima kenyataan akan kepergiannya. Beberapa menit setelahnya, aku baru bisa menerima kenyataan bahwa ia memang telah berpulang. sesak rasanya dadaku, seolah seluruh airmataku membanjir di dalam rongga dadaku namun tidak ada sedikitpun yang dapat kulimpahkan keluar melalui mataku. segala pikiran berkecamuk dalma pikiranku. ke manakah perjalanannya selanjutnya? akankah doa-doaku sampai kepadanya? kecewakah ia padaku yang tidak ada di sisinya saat ia pergi? akhirnya beberapa tetes airmataku meleleh juga. namun sesegera mungkin kutahan ratapanku agar tetap tegar di hadapan seluruh keluarga dan kerabat yang datang. aku pun tak ingin perjalanannya tertahan oleh ratapanku di dunia fana ini.

The very first love I've felt since I was born has gone. Alloh has taken away the one and only person I've truly loved and I will never be able to erase the memories. Even the time can't either.


Tak akan pernah ada lagi dekapan hangat darinya di rumah kami. Tak akan ada lagi senyum dan canda tawa darinya. Kini cintaku padanya hanya bisa kualirkan melalui panjatan doa pada Ar-Rohmaan.

Walau sungguh, penyesalan terbesarku adalah tidak ada di sisinya ketika ia berpulang. hingga saat ini, aku masih ingin kembali ke masa itu dan melepasnya dengan tuntunan talqin dalam pelukan hangat. aku pun sering bertanya-tanya bagaimana kabarnya sekarang.. baikkah? burukkah? ingatkah ia padaku dan keluarga ini serta semua curahan cintanya selama dulu kami bersama?

Ya Rohmaan Ya Rohiim.. sampaikan salamku padanya dan berikan ia tempat terbaik di sisimu. cintai ia seperti ia mencintaiku dulu, ampuni semua kesalahannya, dan selalu naungi ia dalam rahmatMu. dirinya adalah cinta terbaik dalam hidupku yang terkadang kusiakan.

Ya Rabb.. cintanya padaku adalah bukti kebesaran cintaMu padaku. Jika Kau ternyata tak izinkanku membalas cintanya di dunia, terimalah seluruh ungkapan cintaku padanya melalui rahmatMu yang Maha besar.

Sungguh, bagiku, dirinya adalah Ibu terbaik yang Kau pernah ciptakan.
Kumohon dengan segala hormat, ya Goffar.. Ampuni segala kekhilafannya dan sediakan tempat terbaik di Jannah baginya.

Kamis, 12 Januari 2012

Anya

Di suatu sore yang damai, selepas pengkajian qur’an di pondok pesantren Abu Hurairoh, beberapa pengajar pesantren terlihat sedang bercakap-cakap dengan serius.

Ustadz Iman memulai pertemuan tersebut “bismillah. Assalamu’alaikum. Mohon maaf mengganggu waktu rekan-rekan semua. Kali ini kita punya info yang cukup penting untuk dibagi. Ini mengenai salah satu santri mingguan kita. Selanjutnya silahkan kepada Ustadzah Nur untuk menyampaikan. Karena Ustadzah Nur yang mendengar langsung dari santri tersebut.”

Ustadz Putra mengerutkan keningnya. Ia berkata dalam hati “santri mingguan? Mereka rata-rata mahasiswa atau karyawan yang masih mau belajar agama. Tentunya mereka bukan anak-anak sekolah menengah yang masih suka berulah. Masalah apa yang sampai harus mempertemukan semua pengajar di sini?”. Ustadz Syaiful pun terdiam memikirkan hal yang sama sementara Ustadzah Lin Mei dan Ustadzah Cut Ima masih mendengarkan dengan pikiran jauh dari prasangka.

Ustadzah Nur memulai pembicaraan “jadi begini, saudara-saudari seimanku. Ada yang melamar salah satu santri kita, Anya Diani Anas, melalui Ustadz Iman selaku pimpinan di sini.”

Ustadz Syaiful dan Ustadz Latif mengucap hamdalah bersamaan ketika mendengar berita tersebut. Ustadzah Nur menyela “eh sebentar.. saya belum selesai. Nama pria itu Amir Setiawan atau biasa disapa Awan. Ini adalah Pak Awan yang biasa kita dengar namanya di koran itu. Dia memang memiliki pengaruh besar di departemen dalam negeri, tapi saya pikir, santri seperti Anya harusnya bisa berjodoh dengan seseorang yang agamanya lebih baik. mereka sudah dekat sejak masih kuliah, tapi Anya memang terus menjaga jarak walaupun mungkin sebenarnya ada rasa. Penyebabnya ya itu tadi, Pak Awan bukan seorang muslim yang utuh walaupun beliau terlihat begitu alim dan taat.”

Ustadz Latif segera bertanya “memangnya Pak Awan itu kenapa dengan agamanya, Nur?”

Ustadzah Nur menjawab dengan singkat namun tajam “dia kafir, mas”

Ustadzah Lin Mei ikut bertanya “kafir bagaimana, Nur?”

Ustadzah Nur menjawab dengan kalem “dia memang islam, tapi ternyata gossip mengenai aliran sesat yang dia ikuti itu memang benar. Selama ini gossip itu bisa ditangkis karena pihak pemerintah masih sangat membutuhkan keahlian dan pengaruh beliau sehingga seluruh depdagri dan pihak internal lainnya di pemerintahan kompak menutup rapat semuanya”

Ustadz Syaiful sekarang bertanya “kamu sendiri tahu dari mana, Nur?”

“awalnya saya tahu dari Anya, dan setelah Awan mengajukan lamarannya ke Ustadz Iman, saya ajak berbincang sedikit tentang agama. Saya tahu ciri-ciri dia ada di aliran itu dari ibadah hariannya yang memang agak melenceng”

Kini Ustadz Putra pun tidak lagi menahan diri untuk bertanya “Nur, sekarang kamu mau apakan lamarannya ini? Awan memang masih kafir, tapi itu kan sekarang… kalau lamarannya diterima Anya mungkin dia akan mau mengikuti kepada islam yang akmal dan kaffah seperti kita. Menurut saya, ini sebuah kesempatan yang sangat bagus untuk berdakwah. Dengan popularitas, kecerdasan, kekuasaan, dan harta yang beliau punya, dakwah kita akan semakin luas”

Ustadz Latif kaget mendengar pernyataan Ustadz Putra yang begitu berani. Ustadz Latif pun akhirnya berbicara “Anya itu perempuan, Put. Jangan sampe salah langkah dan kita malah menyerahkan mutiara seperti Anya ke tangan orang kafir. Anya juga perempuan yang cerdas dan berkuasa. Anya memang tidak menjabat apapun di pemerintahan, tapi dia cukup disegani di DPR atas peran-perannya di banyak lembaga social masyarakat. Terlebih lagi, Anya itu insinyur sistem informasi dan hasil karya ilmiahnya mengenai system keamanan data sudah mulai dipakai di Kesekretariatan Jenderal DPR RI. Ada berapa banyak perempuan seperti dia yang taat beragama islam di Indonesia?”

Ustadz Iman menengahi “Putra, Latif, dan semua yang ada di sini, hanya Alloh yang berhak menentukan siapa itu baik dan siapa itu buruk. Hanya Alloh juga yang berhak menentukan siapa jodoh siapa. Sekarang, lebih baik kita berdiskusi saja dulu mengenai apa hal terbaik yang bisa kita sarankan pada Anya maupun yang akan kita jawabkan pada Awan. Karena Anya bilang, petunjuk dari istikhorohnya hanya menunjukkan bahwa saran terbaik kita akan menjadi jalan yang harus dipilihnya”

Selang beberapa jam kemudian, terdengar adzan dhuhur yang sekaligus menutup diskusi para pengajar utama pesantren tersebut. Segera semuanya mendirikan sholat di masjid pesantren beserta seluruh santri yang ada di sana, termasuk Anya. Setelah selesai sholat, Ustadzah Cut Ima memanggil Anya untuk bergabung dengan forum diskusi para pengajar tersebut.

“bagaimana jawabannya, ustadzah?” Tanya Anya setengah takut. Takut Anya mendapatkan jawaban yang tak bisa ia hadapi nanti.

“insya Alloh ini yang terbaik buat kamu. Kamu harus yakin, Anya”

“iya, mbak. Insya Alloh..”

Sesampainya di hadapan para pengajar yang usianya hanya berbeda beberapa tahun darinya, Anya segera duduk dan bersikap penuh hormat.

“Anya, kita sudah bicarakan masalah kamu. Mungkin selanjutnya biar Putra yang menjelaskan, karena dia kepala bagian kesantrian” kata Ustadz Iman

Anya diam dan mendengarkan… Anya takut mendengar jawabannya. Anya juga tidak sanggup menatap Ustadz Putra yang pernah diharapkannya menjadi pasangannya di masa depan nanti. Segala perasaan dan kenangan beradu dalam pikirannya. Anya menyayangi Awan, namun semua terhalang benteng yang begitu tinggi mengenai agama. Apalagi mengingat Awan bisa sampai menjadi seseorang seperti sekarang pun bukan hanya atas dukungan rekanan politiknya melainkan atas dukungan agama islam jenis baru yang dia peluk sejak SMP itu. Di sisi lain, Anya pun selalu mengharapkan kehadiran seseorang seperti Putra yang taat beragama dan bisa menajdi imam yang baik bagi keluarga. Harapan itu masih ada sampai sekarang. Anya bahkan sampai sempat berharap Ustadz Iman akan menjodohkannya dengan Putra yang sudah menjadi akuntan suatu perusahaan swasta di Jakarta selatan itu. Begitu tinggi impian Anya untuk memiliki keluarga yang lurus dalam dien-Nya hingga Anya berkali-kali menangisi hatinya sendiri yang begitu menyayangi Awan. Bagi Anya, kedekatan mereka bukan lagi seperti dua orang yang saling tertarik saja namun sudah seperti Anya menemukan minat terbesarnya di dunia ini. Anya menyayangi Awan setulus hati dan tidak berkeberatan mengajak Awan mempelajari islam dari nol hingga habis. Tapi dengan durasi waktu selama itu di mana Awan berada di kalangan sesat itu, apakah bisa Anya memulai sebuah keluarga yang lurus dalam dien-Nya? Sementara itu, sosok Putra selalu terbayang sebagai seseorang yang ideal sebagai pasangan hidup Anya. Tak jarang Anya memantau siapa saja wanita yang dekat dengan Putra. Tapi ketika Anya sedang bersama Putra pun, bayangan Awan masih beberapa kali terbersit di benaknya. Jika saja Anya bukan seorang muslimah taat, mungkin Anya akan lebih memilih untuk tidak menikah samasekali. Namun ustadzah Nur seringkali menegur Anya jika ia sudah berpikir demikian. “kamu mau dianggap bukan umat Muhammad, Anya?” begitu teguran khas Ustadzah Nur setiap Anya mempertanyakan sunah-sunah rasul yang menurutnya sulit dilaksanakan atau sudah tidak kompeten dengan perkembangan teknologi maupun jaman. Dan Anya pun hanya bisa berkata “nggak, mbak” kemudian menurut apapun isi hadits yang diajarkan. Karena Anya sendiri sadar, logika manusia takkan pernah bisa menandingi logika Alloh yang diwahyukan pada rasul-Nya.

“Anya.. menurut kami, sebaiknya kamu menikah saja dengan Awan” begitu tutur Ustadz Putra dengan tegas.

“maaf mas, bisa diulangi?” Anya tidak percaya apa yang didengarnya

“kamu sebaiknya nikah sama Awan aja, Nya..” kata ustadz Putra mengulangi

Anya tidak merasakan apa-apa saat ustadz Putra mengatakan hal tersebut. Ya, Anya memang mencintai Awan setulus hatinya, namun Anya lebih mencintai kehidupan keluarga yang lurus dalam islam.

Anya bertanya “tapi dia kafir, mas.. mas Putra mau ngasih saya ke orang kafir?” entah kenapa suara Anya tertekan begitu kuat saat mengatakan ini sehingga nada bicaranya agak sedikit tinggi

“saya nggak ngasih kamu ke orang kafir, Anya. Saya ngasih orang berpengaruh ke wanita beriman”

“maksudnya, mas?” Anya tidak mengerti karena emosinya yang membuncah. Anya ingin menangis tapi semaunya tercekat di dalam.

“kami sudah pertimbangkan baik-bail. Kami percaya kamu bisa ajak Awan kembali pada islam”

“tapi, mas..”

“kalau hasil istikhoroh kamu adalah keputusan ini, maka kamu harus yakin ini yang terbaik dari Alloh”

“aku nggak percaya, mas..”

“kamu harus yakin, Anya. Jangan sampai Alloh murka karena kamu mengingkari keputusan terbaikNya. Kalau kamu mengingkari Alloh, apa bedanya kamu dengan dia? Kita semua sudah paham juga mengenai kekufuran dalam islam, kan? Satu hal lagi, kita nggak pernah tahu sebaik dan seburuk apa seseorang di mataNya. Yang terlihat baik di mata kita belum tentu baik di mata Alloh dan yang buruk di mata kita mungkin nilainya lebih tinggi dari nilai kita di mata Alloh”

Anya menunduk, dia mendengarkan ustadz Putra dengan seksama. Dia masih tidak mengerti, apa lebihnya Awan dari Putra? Atau seburuk apa Anya di mata Alloh sampai harus dijodohkan dengan Awan? Anya ingin sekali menangisi nasibnya itu. Namun di sisi lain, Anya tenang karena ternyata hatinya tidak salah pilih. Ternyata perasaannya pada Awan memang suatu ilham dari Al-Wadduud. Di satu sisi, Anya bisa merasakan hatinya terbang dengan sangat ringan karena mengetahui ternyata Awan memang yang terbaik baginya. Ia merasakan damai di hatinya karena ia tak perlu mengalami konflik batin dengan hatinya lagi. Di sisi lain, ia masih meragukan dirinya sendiri untuk bisa menghadapi kehidupan dengan perbedaan begitu besar bersama Awan. Akhirnya Anya mengangkat kepalanya dan menatap ustadz Putra, orang yang pernah menjadi harapan masa depannya itu, kemudian berkata “iya, mas. saya jalani, insya Alloh..”

Karena begitu bingungnya, Anya tidak bisa merasakan airmata yang mengalir di kedua sudut matanya saat ia menatap ustadz Putra. Ia baru menyadarinya saat ustadzah Lin Mei menyodorkan sekotak tisu padanya. “kamu pasti kuat. banyak-banyak menyebut nama Al Qowiyyu ya, Anya. Ada saudara-saudara seiman di sini kalau kamu butuh seseorang untuk membantu”

“iya, mbak” Anya hanya bisa menurut dan pulang ke rumahnya setelah berpamitan dan mengucap salam pada para pengajarnya. Ia tahu hari-hari esoknya akan berbeda karena ia tak lagi bisa dengan mudah menggapai impian memiliki keluarga islami dengan mudah. Ia kini harus memenuhi satu syarat besar menuju impiannya itu : membawa Awan kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunah.

Erita

“apakah benar anda nona Erita?” Tanya seorang pria bertubuh tegap dengan pakaian resmi serba hitam dan kacamata hitam itu.

“iya, saya Erita. Ada apa ya?” jawab gadis berjilbab putih dan bergamis biru muda selaku yang ditanya.

“kami berdua dari Badan Intelijen Negara, bisa bicara sebentar di tempat yang lebih privasi?” kata pria yang tadi bertanya sementara temannya hanya berdiri tegap di sisi kiri belakang pria itu.

“maaf, tapi ada urusan apa ya? Lagipula ini di kampus, saya tidak tahu di mana tempat yang privasi untuk bicara.”

“nona bisa ikut kami ke mobil kami di depan kampus ini”

“ada urusan apa ya?” Erita agak khawatir. Ia bingung apakah mereka benar-benar dari BIN atau justru mereka penculik. Kalaupun mereka dari BIN, apa kesalahan Erita hingga harus berurusan dengan mereka?

“ini kartu tanda pengenal kami, kami ditugaskan oleh pemerintah untuk membawa beberapa warga terbaiknya ke tempat yang lebih aman” kata pria tadi seraya menunjukkan kartu pengenalnya

“tempat aman? Memangnya ada apa? Saya juga bukan warga terbaik.. anda salah orang, Pak”

“tidak, nona. Kami akan jelaskan nanti. Sekarang kami butuh nona untuk ikut kami atau kami tidak akan menanggung resiko apapun yang akan terjadi pada nyawa nona setelah kami pergi”

Erita kaget mendengar ancaman itu. Ia hanya seorang dokter lulusan suatu universitas negeri di Bandung atas beasiswa pemerintah Papua dan sekarang bekerja menjadi dosen di tempat yang sama. Tapi kasus apa yang membuat Erita sampai harus berurusan dengan orang-orang BIN dan ancaman seperti itu? Erita akhirnya hanya bisa mengangguk dan mengikuti kedua pria itu untuk berbicara di dalam sebuah mobil APV hitam.

setelah sampai di mobil yang dimaksud, Erita duduk di jok tengah dengan diapit dua pria tersebut. Supir yang berpenampilan seperti kedua pria itu pun langsung menyetir mobilnya. Erita semakin takut.

“jadi begini, nona Erita. Menurut sumber dari departemen pertahanan RI, Indonesia akan diserang dengan bom detonasi yang sebelumnya sudah ditanam di dalam laut dan danau-danau Indonesia. Ada beberapa lokasi tanah di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi juga yang diduga sudah ditanam bom mematikan itu. Belum jelas siapa pelakunya, pastinya kalaupun itu semua terjadi, semuanya hanya akan terlihat seperti bencana alam dahsyat yang menghapus keseluruhan kehidupan di negara ini. Seluruh dunia mungkin akan berduka, tapi tidak akan ada yang tahu bahwa keseluruhan bencana alam itu memang disengaja dan bukan suatu pertanda alam yang wajar. Masih ada kemungkinan untuk selamat, tapi tidak ada jaminan untuk itu. Karena itu, pemerintah segera menyusun strategi untuk membawa pergi warga-warga terbaiknya ke suatu tempat aman di negara tetangga. Setelah bencana buatan itu terjadi, kita akan datang kembali ke Indonesia dan menyelamatkan segalanya yang tersisa, kemudian membangun lagi Indonesia dari nol. Setiap orang terpilih boleh membawa orang-orang yang punya ikatan keluarga terdekat dengannya.”

Erita tercengang mendengar berita itu. Ia pikir segala yang ia dengar itu hanya akan terjadi dalam film. Namun ini kenyataan, ini benar-benar terjadi dan Erita ada di dalam cerita ini.

“Lalu… kenapa saya, Pak?” Tanya Erita dengan suara bergetar karena takut

“setiap warga yang kami jemput, dipilih dengan alasan spesifik dari gen, jasa, dan potensinya bagi Indonesia. Tapi mohon maaf, kami dilarang membicarakan hal tersebut dengan siapapun termasuk orang-orang yang kami jemput”

“tapi bapak sepertinya salah orang. Saya bukan siapa-siapa.”

“kami hanya menjalankan prosedur”

“kalau pemerintah memang menginginkan seseorang yang terbaik, saya kenal seseorang dengan otak terbaik yang harus dilindungi. Namanya Adrian, dia lulusan terbaik dari statistika MIT dan sekarang sedang bekerja sebagai dosen di STIS. Dia jauh lebih berharga bagi Indonesia. Apakah dia dijemput juga?”

pria yang mendampingi agen BIN yang sejak tadi berbicara pada Erita pun mengambil PDA dari kantong jok di depannya dan menyodorkan monitornya pada Erita.

“silahkan masukkan nama lengkap dan data diri beliau di sini untuk mengetahui apakah beliau ada dalam daftar atau tidak.” Seru pria berusia 25 tahunan itu.

Erita memasukkan nama saingannya selama masa sekolah itu di sana : Adrian Chandra

Dan nama tersebut tidak terdeteksi

Erita kaget, namun ia menyembunyikan perasaannya tersebut. Ia tidak mengerti mengapa saingan sekaligus sahabat terbaiknya itu tidak termasuk dalam daftar warga terbaik yang diselamatkan.

“pak, apakah tiket keselamatan saya bisa ditukar untuk orang lain?”

“bisa, tapi nona harus kami bawa dulu ke sana baru pemerintah bisa menentukan pertukaran”

“apa tidak bisa sekarang saja, Pak?”

“maaf nona, ini perintah bagi kami dan tidak bisa dibatalkan”

Erita hanya menghela nafas dan menatap lurus ke depan. Tidak mungkin saingan terbaiknya itu tidak terdeteksi oleh pemerintah sebagai warga terbaik. Atau Adrian pernah bekerja untuk pemerintah asing? Atau justru sudah menjadi warga negara lain? Erita sendiri sudah lama tidak mendengar kabar dari Adrian.

Kini, Erita memikirkan cara lain untuk menyelamatkan lebih banyak orang. Erita boleh membawa keluarga intinya, tapi Erita sudah tidak berkomunikasi lagi dengan keluarganya sejak dia masuk islam mengikuti agama neneknya. Namun ia teringat pada adiknya, Vionna, yang juga baru masuk islam beberapa bulan lalu atas ajakannya.

“pak, bagaimana dengan keluarga saya? Bagaimana cara membawa mereka ke sana bersama saya?”

“kami sudah membawa adik dan nenek nona ke tempat yang aman”

Erita menatap pria yang dari tadi berbicara dengannya itu dengan tak percaya. Dari mana dia tahu kalau yang akan Erita bawa adalah nenek dan adiknya yang sama-sama islam? Erita menghapus pertanyaan itu.. dia tidak mau lagi bertanya apa-apa lagi. Ia sekarang kembali memikirkan bagaimana menyelamatkan Adrian.

Apakah Erita perlu menikahi Adrian untuk bisa membawanya ke tempat aman itu? Tapi itu ide yang gila.. Adrian sudah menikah dan memang tidak pernah ada perasaan tertentu antara Erita dan Adrian. Erita tidak mau berkorban sejauh dan senaif itu. “Pasti ada jalan keluar lain..” tegunnya dalam hati. Erita berpikir keras dan cukup lama sampai ia tertidur di dalam mobil

Entah sudah berapa lama Erita tertidur, ia tersadar ketika ada seorang polwan yang menepuk pundaknya dan membangunkannya

“sudah sampai, mbak..” kata polwan itu dengan tegas namun manis dan berhias senyuman

“oh, iya.. maaf saya tertidur sepanjang perjalanan” kata Erita sembari melirik ke kiri dan kanan. Suhunya terasa panas dan mengucurkan keringat Erita seketika. Ia mengelap keringat di dahinya dengan ujung jilbabnya. Ini seperti bandara pada umunya, tapi tanpa ruang tiket dan ruang tunggu, hanya lapangan terbang dengan sebuah pesawat sipil jumbo.

“silahkan naik ke pesawat anda, ini tiketnya dan nomor tempat duduknya. Semua barang mbak yang kami anggap penting sudah dikemas dan dibawa dalam pesawat terpisah”

“ini di mana, mbak? Jakarta?”

“mohon maaf kami tidak boleh membicarakannya”

Erita menghela nafas dan langsung turun dari mobil menuju pesawatnya diiringi ketiga agen BIN yang menjemputnya dari kampus. Suhu yang begitu panas dan matahari yang terik membuat Erita harus memicingkan mata serta mengelap dahinya dengan ujung jilbab atau ujung manset tangannya beberapa kali sejak turun dari mobil hingga masuk ke pesawat.

Erita tidak terlalu ingat sudah berapa lama ia tertidur. Belum pernah ia merasa sekantuk ini. Ia hanya ingat ia langsung tertidur pulas setelah diberikan minuman dan makanan ringan oleh pramugari yang bertugas. Tapi sepertinya memang semua penumpang langsung tertidur pulas setelah diberi penganan ringan itu. Mungkin ini trik dari pemerintah juga agar tidak ada penumpang yang tahu akan dibawa ke mana. Erita terbangun ketika seornag pramugari berkulit kuning langsat dengan mata berkarakter halus membangunkannya. Erita memperhatikan pramugari itu, rambutnya berwarna hitam lurus digelung ke atas dan tulang-tulang tubuhnya kecil, bibir dan alisnya juga tipis. Khas orang sunda. Nenek Erita juga orang sunda, dan keberadaan pramugari itu mengingatkan Erita pada neneknya. Ia menengok ke seluruh arah namun sulit menemukan nenek dan adiknya di tengah banyaknya penumpang di sini. Erita serahkan semuanya pada Alloh. Sang Maha Penyayang pasti melindungi mualaf taat seperti nenek dan adiknya. Erita harus percaya itu..

Sepuluh menit kemudian, semua penumpang turun dan diregistrasi satu per satu di sebuah meja panjang di depan sebuah gerbang baja yang besar. Gerbang itu terbuka namun dijaga ketat beberapa tentara bersenapan. Yang sudah menyelesaikan registrasi bisa langsung masuk ke dalam gerbang baja itu. Selintas erita melihat ada berbagai gedung di balik gerbang baja yang seperti benteng itu. Erita pun teringat lagi pada Adrian. Namun dengan keikutsertaan Vionna dan neneknya, maka jika Erita menukar tiketnya untuk Adrian, ia akan menghanguskan kesempatan Vionna dan neneknya juga untuk selamat. Erita masih berpikir keras selama ia melewati registrasi di meja panjang itu.

Entah Erita sedang ada di mana, para petugasnya ternyata ada yang bukan orang Indonesia. Mereka bermata sipit dan bicara dalam bahasa yang Erita tidak mengerti. Erita memang menguasai banyak bahasa, namun ia tidak menguasai bahasa-bahasa benua asia. Di sinilah Erita tersadar, sekaya apapun negeri seberang, tetap pada negeri tetangga juga kita akan meminta tolong di saat sulit. Erita menyesal mengapa ia tidak pernah belajar bahasa lain di Asia Timur ataupun Asia Tenggara.

Segera setelah menyelesaikan registrasinya, Erita masuk ke dalam gerbang baja dan menemukan sebuah kota yang mirip sekali dengan Jakarta dengan berbagai fasilitasnya. Bedanya, di sini tidak ada polusi, jeuh lebih kecil, tidak kumuh, dan udaranya jauh lebih ramah karena banyak pepohonan yang menaungi.

Erita segera menuju ke apartemen yang disediakan untuknya dengan menaiki sepeda yang disediakan pemerintah bagi setiap orang yang dibawa ke sana. Setelah Erita sampai dan memarkir sepedanya di dalam garasi bersama, ia masuk ke dalam kamarnya di lantai 3. Di dalam kamar itu barang-barang miliknya, adiknya dan neneknya sudah ada di dalam. Adik dan neneknya terlihat sedang tertidur di kasur. Mungkin mereka masih merasakan efek makanan ringan di pesawat tadi.

Erita menyimpan tasnya, lalu mandi, sholat dan berganti pakaian. Kali ini ia memakai gamis selutut berwarna hijau tua dengan celana lebar di baliknya dan pashmina sewarna gamis itu di kepalanya. Erita tidak membangunkan nenek dan adiknya terlebih dahulu, ia ingin tahu bisa menemui siapa lagi yang dia kenal di negeri baru ini. Selagi Erita berjalan-jalan ke masjid, ia berpapasan dengan Agung yang merupakan kakak kelasnya semasa SMA, bersama Awan yang pernah menjadi teman terdekatnya semasa SMA namun setelah lulkus hanya bisa berkontak melalui SMS karena kesibukan masing-masing. Entah ini ide dari mana, Erita segera menyapa dan bertanya hal yang tidak terduga pada mereka.

“assalamualaikum, kalian ada di sini juga?”

“waalaikumsalam. iya, Alhamdulillah.. udah ketemu siapa aja, Er?” jawab Awan

“waalaikumsalam. Kamu Erita? Sekarang kamu islam?” Tanya Agung agak kaget

“ehehe, iya, kak. Saya islam sejak tahun lalu.” Tutur Erita dengan senyum merekah

“Alhamdulillah, selamat ya..” agung tersenyum lebar mendengarnya

“udah ketemu siapa aja, Er?” Awan mengulangi pertanyaannya

“Awan, kamu tahu seseorang yang lagi mencari istri di sini ga?” Tanya Erita tanpa menggubris pertanyaan Awan

“eh sebentar-sebentar.. kamu baru dating udah nyari suami? Buat apa, Er? Kamu bahkan belum kenal seperempat orang yang ada di sini”

“aku mau menyelamatkan Adrian, Wan”

“sebentar, jelasin dulu masalahnya apa dan kenapa jadi berhubungan dengan Adrian? Ini Adrian yang mana? Adrian saingan kamu semasa SMA dan udah bikin kamu jadi muallaf itu?”

“iya, Wan. Adrian ga masuk daftar warga terbaik yang diselamatkan tapi aku mau dia selamat. Tapi aku juga ga bisa mengganti tiket aku buat Adrian karena nanti Vionna dan nenekku ga akan bisa selamat di sini kalau aku ga ada di sini, karena mereka di sini atas nama aku. Solusi yang terpikir di kepalaku, aku menikah dengan salah satu orang di sini dan otomatis aku aman walaupun tanpa tiket. Jadi aku bisa minta ke pemerintah untuk bawa satu orang lagi ke sini. Bagaimanapun juga Adrian yang mengenalkan aku pada islam. Dan dia bisa mengajak banyak orang lainnya di sini untuk masuk Islam.”

“kamu pikir segampang itu nyari orang yang mau nikah di saat seperti ini?”

“maaf menyela, kalian berdua baru tiba di sini hari ini ya? Saya sudah seminggu di sini” kata Agung

“kak Agung punya solusi untuk masalah saya?” Tanya Erita

“Gini, Er, Wan, ada beberapa pria yang mencari istri di sini. Sejak sebelum berangkat pun beberapa orang ini memang sedang mencari istri. Kalau kamu memang cocok, saya akan bantu jodohkan dengan junior saya di kampus yang memang mencari istri. Dia ada di sini karena keluarganya memegang beberapa saham penting milik pemerintah sementara semuanya sudah terhabisi oleh tsunami Aceh kecuali dia”

“boleh, kak.. saya mau coba kenal dia dulu. Semoga cocok. Kalau boleh tahu, ada berapa nama lain selain dia, kak?” Tanya Erita

“saya punya lima nama, coba kamu minta petunjuk dulu lewat sholat. Yang saya kenal betul hanya satu orang, sisanya saya baru kenal selama seminggu ini. Sudah bisa sholat istihkoroh?”

“insya Alloh sudah bisa, kak”

“Ini lima nama tersebut, kamu bawa pulang dulu saja. Besok pagi kita bertemu lagi di sini, bagaimana?”

“saya usahakan, kak”

Erita pulang kembali ke apartemennya, bercengkrama dengan keluarganya, lalu memulai istikhorohnya di malam itu juga.

Paginya, Erita menemui Agung lagi di pelataran masjid yang sama

“bagaimana petunjuknya, Erita?” Tanya Agung

“saya masih belum dapat petunjuknya, Kak”

“hmm.. salah satu dari lima nama yang saya berikan kemarin itu ada yang mau menemui kamu hari ini. Kamu mau bertemu?”

“boleh. Namanya siapa?”

“Fakhrie, Fakhrie Mustafa Karim. Saya baru kenal dia di sini lima hari lalu. Dia kepala analis gizi di RS.DR.Soetomo. Semoga ada jalan terbaik buat kalian” jawab Agung sembari tersenyum

“kapan kami bisa bertemu, kak?”

“sekarang saja, dia sudah ada di taman belakang masjid. Ayo ikut saya.” Ajak Agung

Di taman belakang masjid, ada seorang pria yang terlihat berusia sebaya dengannya sedang duduk sambil menunduk. Ia berkulit kuning, berambut hitam lurus, dan bermata agak sipit dengan baju koko putih sedang duduk di bangku samping kolam. Agung mengajak Erita menghampirinya dan mereka berkenalan

“assalamualaikum, saya Erita”

“waalaikumsalam, saya Fakhrie”

Selanjutnya mereka bertiga mengobrol mengenai banyak hal dengan akrab. Erita bisa merasakan kecocokan dengan Fakhrie di sana walaupun ternyata Fakhrie lebih muda dua tahun darinya. Fakhrie sendiri tidak keberatan dengan perbedaan usia mereka. Setelah berbagai obrolan terlewati, Agung pun menanyakan kesediaan Erita untuk menikahi Fakhrie dan Erita bersedia.

Hanya selang dua menit setelah itu, terdengar bunyi ledakan yang sangat keras dari arah apartemen Erita diiringi tembakan-tembakan dari udara. Agung segera membawa erita dan Fakhrie masuk ke dalam masjid. Ternyata sudah banyak orang yang berlindung di dalam masjid itu juga. Erita menangis sejadinya sesampainya mereka di dalam masjid, memikirkan nasib nenek dan adiknya.

“Kak ita..!” seseorang memanggil Erita.

“Nana..!” ternyata Vionna yang memanggil Erita, ia menggandeng neneknya dan memeluk Erita.

“Nenek dan Nana tahu darimana aku ada di sini?”

“kita ga tau, Ita.. setengah jam lalu tiba-tiba ada tentara yang meminta kita berkemas-kemas dan membawa kita ke sini untuk berlindung” jawab neneknya

“memangnya ada apa ini? Bukannya kita ada di tempat aman?” Tanya Erita setengah menangis

“Erita, nenek, adiknya Erita, sekarang semua duduk dulu yang tenang. Saya coba cari tahu ke intel yang ada. Kalian akan ditemani Fakhrie di sini.” Kata Agung

Mereka berempat pun duduk berlindung di dalam masjid beserta banyak warga lainnya sementara desing-desing peluru masih bersahut-sahutan di luar sana. Satu kantor pemerintah pun diledakkan di sebelah barat laut masjid itu.

Agung pun kembali dengan wajah panik. “Nenek, teman-teman, ternyata yang selama ini merencanakan genocide di Indonesia adalah bangsa Israel. Tapi ternyata ada kebocoran info dari pemerintah kita sehingga orang2 israel tahu bahwa para warga terbaik di Indonesia dibawa semua ke tempat ini. Mereka pun membatalkan misinya merekayasa bencana alam di Indonesia kemudian merencanakan penyerangan ke pulau terpencil di pasifik utara ini. Mereka berpikir tidak ada gunanya menghancurkan Indonesia kalau orang-orang terbaiknya masih hidup dan akan kembali lagi membangun Indonesia. Justru Indonesia bisa lebih maju lagi setelah dihancurkan. Dengan begitu, strategi diubah menjadi menyerang kita semua yang jumlahnya hanya seperseratus jumlah penduduk keseluruhan Indonesia. Karena kalau kita semua yang disingkirkan, mereka akan bisa mengambil Indonesia sekaligus mendapat nilai keuntungan berupa adanya SDM dari 99/100 jumlah penduduk Indonesia yang masih ada di sana dan tidak tahu apa-apa. Indonesia sudah sangat indah dengan berbagai sumber daya alam dan manusianya yang sedang ditinggalkan para pemilik sejatinya ke tempat aman ini. Kalau para pemilik sejatinya disingkirkan, SDA dan SDM Indonesia akan sangat mudah dimiliki dan digunakan bagi kepentingan Israel. Saat ini Indonesia ibarat rumah yang hanya ditinggali anak-anak yatim dan bisa diambil alih dengan mudah oleh perampok dan digunakan sesuka hati.”

“astagfirulloh..” Vionna dan Fakhrie beristigfar, sementara Erita hanya bisa istigfar dalam hati sambil menangis memeluk neneknya yang terlihat begitu tegar.

“masjid ini dibangun dengan arsitektur dan bahan-bahan yang persis masjid baiturrahman Aceh. Insya Alloh masjid ini cukup kuat melindungi kita semua. Para pejabat pemerintah dan orang-orang yang ada dalam daftar utama sudah dilarikan ke tempat rahasia lain. Sekarang ada baiknya kita semua berdoa untuk perjuangan para tentara terbaik Indonesia di luar sana” lanjut Agung dengan bijak

Lalu terdengar ledakan lagi di taman belakang masjid, ada sebuah helicopter bersimbol bintang david meledak dan hancur berkeping-keping di sana. Baling-balingnya mental dan menghantam kubah masjid yang terbuat dari baja anti karat lalu tertancap di sana. Suasana semakin mencekam sementara desingan peluru dan bunyi granat masih belum berhenti di luar sana.

Erita masih menangis di pelukan neneknya hingga separuh kerudung neneknya bassah oleh airmata Erita. sementara Fakhrie sedang menuliskan beberapa doa untuk dibaca oleh Vionna. “kak ita, tenang ya.. kita banyak berdoa aja sama nenek. Kak Fakhrie baru saja mengajarkan Nana beberapa doa”. Erita berusaha menelan semua tangisannya dan mulai berdoa bersama nenek dan adiknya. Vionna tidak pernah secerdas, seberani maupun sekreatif Erita dalam segala hal. Namun Vionna selalu bisa bersikap tenang dalam keadaan tertekan. Warna hijau kerudungnya menambah aura ketenangan Vionna saat berdoa di tengah perang ini.

Erita berpikir, jika ini terakhir kalinya Erita masih bsia merasakan hidup, tentunya ia akan melepaskan hidupnya dengan tenang di sisi kedua anggota keluarganya yang sama-sama muslim.

“Erita..” panggil Fakhrie

“iya, ada apa?”

“kamu harus tetap tersenyum. Aku yakin kamu akan selalu tersenyum. Dan aku akan berusaha untuk tersenyum juga sampai dijemput nanti”

“maksudnya?”

“bukan apa-apa” kata Fakhrie sambil tersenyum

Erita melanjutkan doa-doanya

Terdengar lagi satu ledakan besar hingga hamper mematikan saraf telinga.

Masjid terhantam dari arah kubahnya oleh pesawat jet Israel yang jatuh dan kemudian meledak…